Di jaman sekarang, orang yang pacaran terang-terangan lebih bisa dimaklumi daripada orang yang ikut kajian (terang-terangan, baca: ngapain juga pake sembunyi-sembunyi kan ya?) "Hati-hati kalo ikut kajian, nanti aneh-aneh loh!" - nasihat seorang teman 'yang tidak mengaji' ke temannya yang baru ingin memulai. Aku yakin 100%, seorang teman di atas tidak pernah menasihati temannya yang jelas-jelas berpacaran untuk stop pacaran. Atau yang lebih parah, mungkin dia juga salah satunya. Dua hal kontras, dengan nasihat yang sepertinya tertukar. *** Lagu ini sudah pernah kudengar kemarin. Seseorang datang menasihati untuk tidak ikut, tidak benar katanya. Tapi kalau kuamati, sang pemberi nasihat tidak lebih baik dari yang dia katakan buruk. Tanpa sadar dia baru saja menunjukkan bahwa dia-lah yang belum benar. Terkadang manusia menilai rendah (manusia) yang lain, padahal secara tidak langsung dia sedang menilai dirinya sendiri. When you judge others, you do not define th
Senin (12/09). Siang itu, aku menemani seorang adik tingkat ke kampus. Maklum masih mahasiswa baru jadi belum paham betul dengan seluk-beluk dan urusan kampus. Aku sebenarnya juga tidak begitu paham, sih . Adik ini yang selanjutnya kita sebut si W merupakan salah satu maba yang tergabung dalam kelompok dimana aku berperan sebagai kakak fasilitator mereka, di acara ospek fakultas. Jadi lumayan akrab. Tapi lucunya, bukan dia pemeran utama dalam tulisan kali ini. Si W menghubungiku sekitar setengah sebelas pagi, ada keperluan untuk ke kampus katanya. Sebenarnya si W tidak meminta ditemani ke kampus. Tapi tidak tahu kenapa, aku memutuskan untuk menemani. Selain khawatir dia akan kebingungan, kebetulan juga aku baru ada kelas di sore hari. Kami janjian ke kampus jam 2 siang. Sembari menunggu bapak yang ingin ditemui si W, kami berbincang di depan ruangan. Sepertinya sekitar setengah jam kami menunggu. Nah, pemeran utamanya masuk (fyi aja, nih ). Seorang mahasiswi lengkap dengan jas lab da