Langsung ke konten utama

Center Position



Hai, Villagers!

Woah, tidak terasa ya, semester ganjil sudah mau berakhir.

Februari nanti aku sudah semester 4. Padahal rasanya baru kemarin diospek. Hahaha, classic.

Villagers yang sedang membaca tulisan ini, aku penasaran, kalau ada tugas kelompok, kalian tipe mahasiswa yang seperti apa? Apakah kalian tipe mahasiswa yang berlomba-lomba mengelist nama kalian di bagian materi yang ‘mudah’? Mencari ‘pengertian’, misalnya.

Tidak ada yang salah sih sebenarnya mau memilih bagian yang mudah atau sulit. Itu hak masing-masing individu. Terus pernah tidak sih, kalian menemukan teman yang mengelist nama mereka di pembagian tugas yang sulit, padahal masih ada bagian mudah yang belum terisi.

Kalau kalian berpikir, ‘ya wajar, dia kan pintar’. Hei kalian salah! Dia bukan pintar, tapi sangat pintar.

Secara tidak langsung dia paham bahwa dengan mengambil bagian di materi yang sulit, maka dia mendapatkan kesempatan untuk dapat menunjukkan potensi yang dimilikinya pada saat presentasi di depan dosen. Bukan berarti teman yang mengambil materi ‘mudah’ seperti ‘pengertian’ tidak memiliki potensi ya!

Kalian yang pernah menonton Produce 101 pasti akrab dengan situasi dimana semua trainee ingin menjadi center untuk grup mereka. Ini persis dengan situasi di atas.

Center biasanya memiliki bagian yang paling banyak, paling sering disorot kamera, atau mendapat bagian killing part. Dan, karena Produce 101 itu ajang survival, maka mau tidak mau mereka harus berusaha menunjukkan potensi mereka di depan para juri, salah satunya dengan menjadi center. Mereka paham, inilah saat yang tepat untuk menunjukkan kepada para juri bahwa mereka berpotensi, layak untuk debut. Inilah sebabnya mengapa posisi center sering diperebutkan. Hal ini tidak mengherankan sih, karena kebanyakan yang mendapatkan vote paling tinggi memang dari posisi center.

Mahasiswa yang memilih bagian sulit kita ibaratkan sebagai trainee yang berposisi sebagai center. Dan, dosen kita ibaratkan sebagai juri. Jelas sekali, bukan?

Seharusnya, mahasiswa lebih berlomba-lomba mengambil bagian yang sulit dalam sebuah tugas kelompok. Bagian yang sulit itu akan membuat seorang mahasiswa ‘lebih terlihat’ di mata dosennya. Dan, pastinya lebih membekas di ingatan dosennya, barangkali ketika dosen hendak menginput nilai, lantas mengingat ‘ah, si X yang kemarin menjelaskan tentang patogenesis malaria dengan sangat baik dan menarik, tambah 10 poin’, asik tidak?

Kalau kamu merasa, ‘bagian itu killing part dari presentasi kali ini, tapi aku ga begitu paham sama materinya’. Maka gunakan waktumu yang tersisa untuk memahami bagian yang kamu mau tapi kamu rasa sulit tadi. Terkadang kita ditantang untuk mengambil risiko agar diri kita berkembang, tidak stagnan.

Dan yang perlu diingat, mengambil bagian yang mudah di pembagian tugas boleh-boleh saja. Tapi jangan keterusan. Karena zona nyaman, tidak selamanya aman.

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngomongin Beban

  Hola  villagers , sudah lama sekali ya? Langsung saja deh. Kalian penasaran tidak sih, kenapa kebanyakan mahasiswa baru ingin sekali bergabung dengan ormawa? Terbukti sih, kalau ormawa open recruitment anggota pasti yang daftar bejibun, padahal secara tidak langsung mereka dalam tahap menjemput “beban perkuliahan” baru. Pasti alasan utamanya, ' buat nambah pengalaman aja sih, kak '. Kasih jempol dulu. Tapi jauh dari itu, sepertinya ada alasan lain, gengsi . Mahasiswa yang datang ke kampus dengan Pakaian Dinas Harian (PDH) pastinya terlihat lebih eksklusif daripada mahasiswa lain (kayaknya sih gitu). Jangan bilang kalian baru tahu nih kepanjangan dari PDH (sama aku juga baru searching pas nulis ini hihi). Maba ketika melihat kating yang gabung ormawa pasti berekspektasi kalau mereka keren banget bisa bagi waktu antara kuliah dengan berorganisasi. Aku yang tahun ini resmi bergabung dalam kasta tertinggi kampus pun masih suka amazed  sama teman seangkatanku yang masih

Tangan-Tangan Allah

Senin (12/09). Siang itu, aku menemani seorang adik tingkat ke kampus. Maklum masih mahasiswa baru jadi belum paham betul dengan seluk-beluk dan urusan kampus. Aku sebenarnya juga tidak begitu paham, sih . Adik ini yang selanjutnya kita sebut si W merupakan salah satu maba yang tergabung dalam kelompok dimana aku berperan sebagai kakak fasilitator mereka, di acara ospek fakultas. Jadi lumayan akrab. Tapi lucunya, bukan dia pemeran utama dalam tulisan kali ini. Si W menghubungiku sekitar setengah sebelas pagi, ada keperluan untuk ke kampus katanya. Sebenarnya si W tidak meminta ditemani ke kampus. Tapi tidak tahu kenapa, aku memutuskan untuk menemani. Selain khawatir dia akan kebingungan, kebetulan juga aku baru ada kelas di sore hari. Kami janjian ke kampus jam 2 siang. Sembari menunggu bapak yang ingin ditemui si W, kami berbincang di depan ruangan. Sepertinya sekitar setengah jam kami menunggu.  Nah, pemeran utamanya masuk (fyi aja, nih ).  Seorang mahasiswi lengkap dengan jas lab da